porsir.

Jauh sebelum kamu datang.

Banyak sekali angan yang ingin ku wujudkan. Aku merasa mampu, aku merasa bisa menjalani semua sendiri. Entah aku yang terlalu berambisi atau aku yang tak pernah memikirkan hal lain selain inginku. Iya, aku tau aku terlalu percaya diri saat itu.

Aku menganggap orang-orang yang datang dalam hidupku dan menghambat semua anganku adalah mereka yang perlu aku jauhi. Sejak saat itu, sebisa mungkin aku memporsir diri, membuat list yang harus aku kerjakan setiap hari, list yang harus aku capai setiap minggu, list yang harus aku selesaikan setiap bulan dan list yang harus aku wujudkan setiap tahunnya. Hal ini mungkin berjalan semenjak aku duduk di bangku kelas 3 SMA hingga saat ini, sebelum semuanya berbeda.

Selama ini setiap apa yang aku targetkan terhadap diriku dan semuanya dapat ku selesaikan, aku merasa senang, merasa bangga terhadap diri. Namun, apabila satu hal tak mampu ku kerjakan, aku bisa menyesali diriku, ingin memutar jam ke arah kiri, kadang bisa saja marah pada diri sendiri.

Aku menikmati apa yang aku perbuat untuk diriku, karena dengan itu hidupku merasa teratur, terhindar drai hal-hal yang tak perlu aku kerjakan.

Dan pada akhirnya, aku merasa aku lelah memporsir diriku sendiri. Aku lelah mengatur setiap apa-apa yang harus di kerjakan, aku ingin bebas melakukan hal apa saja yang selama ini tak kulakukan. Mungkin aku mulai jenuh dengan keadaan.

Semenjak saat itu, aku biarkan diriku melakukan hal-hal spontan yang terjadi pada hari demi hari yang aku lalui. Rasa pertama memang aku merasa bebas, lepas tanpa arah. Aku hanya melakukan apa yang aku ingin lakukan, aku tak memiliki target dan tak menargetkan diri. Aku biarkan semua pekerjaan selesai mengikuti mood ku mengerjakannya.

Hingga pada akhirnya aku merasa keteteran, sudah waktunya selesai aku belum mengerjakan, sudah waktunya melakukan hal lain, hal ini belum aku sentuh sama sekali. Lagi-lagi aku menyesali perbuatannku, aku menyesali tentang ketidakteraturan yang aku lakukan.

Hingga aku memutuskan untuk “memporsir” diri (lagi) karena dengan itu, aku bisa mengendalikan angan dan ingin ku. Setidaknya hidupku tersusun dan berprogress.

Aku melakukan ini, untuk diriku sendiri.

Leave a comment