September, Selamat Datang.

Dengan harapan dan target yang begitu banyak di awal bulan ini, aku harap kamu tak pernah ku lewatkan untuk terus ku doakan. Ya, kamu. Awalnya ku merasa sudah cukup untuk tak perlu aku ikut berjuang seperti katamu kemarin yang ingin tetap berjuang, dugaanku demi utuhnya arti “kita”

Aku sama sekali tak pernah merasa keberatan dengan inginmu, justru aku sangat senang mendengarnya. Hanya saja aku pura-pura lugu saat itu. Menganggap semuanya belum pantas untukku, padahal sejujurnya aku sangat berharap juga. Meskipun harapan awalku bukan kepadamu. Sengaja aku lugu, agar kamu tak mengajakku buru-buru.

Asal kamu tau, aku adalah wanita yang mudah suka dan sukar menaruh hati. Kamu akan faham maksudku apa. Hanya dengan kamu berbuat baik padaku, maka  secepat itu aku akan suka kepadamu. Hanya dengan pemikiranmu yang tak searah denganku, maka dengan rapat hati ini mudah terkunci. Bukan tidak bertoleransi, namun alangkah menyenangkan bila kita berjalan dengan yang satu tujuan bukan?

Baik. Awalan ini akan menceritakan apa yang kurasa sekarang kepadamu. Setelah aku melalui beberapa waktu sengaja acuh, akhirnya aku tersadar kamu adalah salah satu yang harus aku perjuangkan. Karena untuk mencari-cari alasan mengabaikannmu hanya membuat aku malu. Kamu adalah orang baik dari segala arah, aku suka. Lalu alasan apa yang harus aku lontarkan ketika hatiku tak sanggup menerimanmu ? Maka dari itu sedikit demi sedikit aku menyadar dan membuka diri untuk mencoba menaruh hati.

Tidak, aku takan gegabah lagi soal lelaki. Andaikata bukan kamu akhirnya, ku pastikan kita tidak akan sakit hati.

Intro yang panjang dan kurang penting.

Kamu, adalah variabel bebas yang menjadikan aku variabel terikat. Semenjak kedatanganmu pada orang tuaku, ku rasa tak ada seharipun hatiku melewatkan bisikan namamu. Selalu terdengar dan tampak jelas di angan. Kamu perlahan curi hatiku juga rupanya. Aku yang masih keukeuh dengan pendirian ini, sedang berusaha keras agar tak lemah menerima perasaan lelaki begitu saja. Ah curangnya kamu ! Dengan lincah mengoyahkan hatiku, siapa kamu sebenarnya ? Lancang sekali.

Kemarin aku enggan. Namun kini aku larut dalam angan.

Selamat datang kamu di hatiku, jaga aku baik-baik. Akan ku perjuangkan selayaknya untukmu dan akan ku terima semua perjuanganmu untuku. Teruslah berdoa yang terbaik untuk kita. Bersabarlah menunggu sang waktu, kamu boleh pasrah namun aku tak ingin kamu menyerah.

aku, wanita yang sedang berusaha membuka hati. Mungkin hatiku luluh karena doamu, dan doa orangtuamu. Terimakasih. Jazakallahukhoiro.

Leave a comment